Kamis, 04 November 2010

jinantra

engkau mungkin mengenalnya sebagai bianglala atau komidi putar yang arah putarannya vertikal. atau seperti namanya dalam bahasa inggris, ferris wheel (roda ferris), yang didedikasikan untuk menghormati orang yang dianggap pertama kali merancang permainan ini dengan ukuran besar dan kemudian mendunia. permainan ini berupa sebuah kincir besar yang berputar menggerakkan kabin kabin yang diisi penumpang. mengapa namanya kemudian menjadi bianglala yang berarti pelangi, mungkin karena sama bundarnya, sekalipun pelangi yang sering kita lihat tidak pernah nampak seperti sebuah lingkaran utuh. adalah goerge washington gale ferris, jr., seorang konstruktor jembatan yang mendesain permainan yang sebenarnya sudah dikenal sejak abad 17 di eropa timur, menjadi wahana bermain yang menarik, menegangkan, sekaligus berukuran besar. dengan tinggi mencapai 80 meter, roda ferris menjadi atraksi terhebat sekaligus terbesar pada sebuah pameran di chicago pada 1893. ketenarannya diharapkan dapat menyaingi kemegahan menara eiffel di paris yang tingginya mencapai 324 meter.
aku lebih suka menyebutnya jinantra, kata dari bahasa sansekerta dan jawa yang artinya kincir air atau angin. terasa lebih pas dibandingkan dengan bianglala. ibuku yang mengenalkan nama ini, saat aku kecil, ketika ia dan ayah mengajakku berkunjung ke pasar malam atau pameran pembangunan di kota kami. jinantra sangat terkenal. keberadaannya sangat menonjol, karena selain ukurannya yang besar, jinantra adalah bangunan tertinggi disana. hanya balon udara saja yang dapat mengalahkan ketinggiannya. aku tak pernah melewatkannya, tidak satu kalipun. aku sangat menyukai permainan ini dan menikmati sensasi yang kudapatkan darinya. saat kincir raksasa ini berputar satu kali, lalu berputar lagi lalu berhenti sambil memberi kesempatan tiap tiap kabin untuk berada di puncak, lalu berputar lagi, lalu selesai. saat kita berada di puncak, kita dapat melihat pemandangan yang ada dibawah, seisi pasar malam, bangunan bangunan yang ada disekitarnya, orang orang, dan pedagang kembang gula.
kadang kupikir menaiki jinantra seperti menjalani kehidupan. adakalanya di bawah, beranjak naik keatas, berada di puncak, lalu turun lagi kebawah. berulang lagi sampai waktunya habis. seperti para motivator selalu bilang hidup ini seperti roda yang berputar, kadang diatas, kadang dibawah. bedanya mungkin jika naik jinantra, setelah waktu habis kau bisa membeli tiket lagi dan berputar lagi. sayangnya sampai saat ini hidup belum bisa seperti itu. tapi sukurlah hidup kita tak sesederhana putaran jinantra. jadi kau selalu punya kesempatan untuk berusaha naik keatas dan bertahan disana.
kini jinantra sudah banyak menghilang. setidaknya di kota kami. pameran pameran besar tak lagi menyediakan permainan seperti ini. hanya di pasar pasar malam kecil di pinggiran kota saja yang setia menyajikannya. itupun sudah jarang peminatnya. perannya sudah banyak digantikan permainan baru dengan teknologi yang semakin canggih dan terus berganti. seperti apa ia bertahan, pastinya seperti pengelola pasar malam yang bertahan dalam perubahan zaman. roda hidup terus berputar, dan nasib jinantra seperti penumpang yang duduk di kabinnya, berputar menunggu waktunya habis.